Translate

Minggu, 26 Januari 2014

Makalah Pengantar Studi Islam "Kenabian"

KENABIAN

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
Pengampu : Aang Kunaepi, M.Ag




Disusun oleh
Baitlina Putri M                     (133811047)
Fitri Zakiyyah                        (133811067)
Muhammad Hidayatullah      (103911076)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2013

KENABIAN

I.       PENDAHULUAN
Allah SWT telah menciptakan langit serta bumi seisinya dengan sangat sempurna, layaknya Allah menciptakan manusia yang merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia diberikan kelebihan akal untuk berpikir dan dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Di balik kesempurnaan manusia pada umumnya, Allah telah menunjuk orang-orang pilihan sebagai utusan Allah yang nantinya akan meyebarkan Islam yang haq kepada umatnya. Orang-orang pilihan tersebut biasa disebut Nabi, Rasul, Wali, atau Ulama.
Sebagai umat Islam, kita wajib percaya dan mengimani adanya Rasul sebagai utusan Allah. Hal itu telah tercantum dalam rukun Iman yang ke-4. Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir di dunia ini. Lalu mengapa Allah harus mengutus Nabi dan Rasul? Dan bagaimana pengertian dari Nabi, Rasul, Wali, dan Ulama sesungguhnya? Di dalam makalah ini, akan dibahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan kenabian.

II.    RUMUSAN MASALAH
                                 1.         Apakah pengertian Nabi, Rasul, Wali, dan Ulama?
                                 2.         Apakah pengertian iman kepada Rasul?
                                 3.         Apakah tujuan diutusnya Rasul?
                                 4.         Siapakah Rasul terakhir?
                                 5.         Bagaimana Nabi Muhammad dijadikan sebagai tauladan?
                                 6.         Seperti apa Nabi Muhammad di mata sarjana Barat?

III.  PEMBAHASAN
                                 1.         Pengertian Nabi, Rasul, Wali, dan Ulama
                                                          a.         Nabi dan Rasul
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata Rosul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.[1]
Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian Rasul. Namun ada yang membedakannya bahwa Rasul ialah manusia pilihan Allah yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umat-Nya. Sedangkan Nabi menerima wahyu akan tetapi tidak diwajibkan menyampaikan kepada umatnya. Dan ada yang menyatakan lain bahwa Rasul ini membawa syari’at (aturan baru), sedangkan Nabi tidak.[2]
                                                         b.         Wali
Wali menurut al Qur’an diartikan pemimpin, pelindung, dan penolong (QS. Al Maidah : 51, 55 dan 57 ; Al Anfal : 73 ; An Nisa’ : 139). Dalam pengertian populer ialah orang yang mempunyai kelebihan khusus di bidang agama dan perjuangan agama seperti Walisongo di Pulau Jawa.
                                                          c.         Ulama
Ulama adalah bentuk jama’ (plural) dari alim yang artinya mengetahui, berilmu. Dengan demikian, termasuk pengertian ulama ialah sarjana dan cendekiawan muslim maupun non muslim (dalam berbagai ilmu), karena istilah tersebut mempunyai pengertian yang umum. Namun dalam pengertian yang populer secara sosiologis, yang berlaku di Indonesia, ulama mempunyai pengertian semantik, ahli di bidang ilmu agama Islam.

                                 2.         Pengertian Iman Kepada Rasul
Iman kepada para Rasul Allah SWT. artinya yakin dan percaya terhadap para nabi yang telah diutus oleh Allah SWT. dan membenarkan wahyu yang telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada mereka.
Pengertian iman kepada Rasul-Rasul Allah SWT. meliputi berikut:
1)      meyakini dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. telah memilih sebagian hamba-Nya yang baik, yang diberi amanat untuk membimbing umat manusia menuju jalan hidup yang diridai-Nya.
2)      meyakini kebenaran ajarannya sebagai petunjuk hidup manusia yang beriman kepadanya.
3)      manaati segala perintah dan larangannya dalam kehidupan sehari-hari serta berusaha meneladaninya.[3]
Ada empat sifat yang selalu dimiliki oleh setiap Rasul, yaitu amanah (dapat dipercaya) mustahil baginya sifat khianat, shiddiq (jujur) mustahil baginya sifat kidzib (bohong), fathanah (cerdas) mustahil baginya sifat baladah (bodoh), dan tabligh (menyampaikan wahyu), mustahil baginya sifat kitman (menyembunyikan). Sifat jaiz bagi mereka ialah boleh saja melakukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya, asalkan tidak menyebabkan merosotnya derajat kerasulannya.[4]

                                 3.         Tujuan Diutusnya Rasul
Pada prinsipnya tujuan diutusnya Rasul ialah menyampaikan risalah Allah dan memberi bimbingan kepada ummat-Nya untuk menuju jalan yang lurus.
Karena tugasnya menyampaikan risalah ini maka fungsi malaikat hanya menyampaikan berita dari Allah kepada mereka. Sedang penyampaian ajaran kepada manusia dan untuk melakukan pembangunan nilai-nilai di tengah-tengah kehidupan manusia mesti dari manusia juga, dan bahkan dari bangsanya sendiri, dengan menggunakan bahasa kaumnya sebagai media komunikasi agar mudah dipahami dan dipatuhi seperti di dalam firman Allah:
!$tBur $uZù=yör& `ÏB @Aqߧ žwÎ) Èb$|¡Î=Î/ ¾ÏmÏBöqs% šúÎiüt7ãŠÏ9 öNçlm; (
Artinya : ”Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka” (QS. Ibrahim ayat 4)
Ajaran yang disampaikan oleh para Rasul sejak Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad SAW. pada prinsipnya sama yakni ajaran tauhid, mengesakan Allah secara mutlak, oleh karena itulah Al-Qur’an menyatakan bahwa Nabi atau Rasul terdahulu itu juga muslim, “(Nuh berkata):
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepada-Nya”. (QS. Yunus : 72)

                                 4.         Rasul Terakhir
Allah Swt mengutus Nabi-Nya, Muhammad di masa kevakuman para rasul as. Beliau merupakan penutup para nabi dan penghapus syari’at para rasul as yang datang sebelumnya.[5]
Menurut Drs. Nasruddin Razak ,ada 3 sebab perlunya segara datang Rasul yang berfungsi universal dan abadi untuk menyelamatkan manusia dari bencana dan kehancuran.
1)      ajaran Rasul terdahulu itu tidak sempurna, perlu ada perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan yang mampu mengatur secara universal yang bersifat langgeng.
2)      ajaran Rasu-Rasul terdahulu banyak yang hilang atau di hilangkan, perlu diungkap kembali tentang kecurangan yang telah terjadi dan yang benar dihidupkan kembali
3)      para Rasul terdahulu adalah di utus kepada bangsa tertentu, maka perlu ada seorang Rasul yang risalahnya untuk seluruh manusia, tugas internasional.
Faktor-faktor itulah yang menjadi alasan kedatangan Rasul terakhir, Muhammad SAW. Dan kedatangannya telah ada nubuwat(ramalannya), dalam kitab-kitab sebelumnya.
Pengimanan atas kerasulan Muhammad adalah sejak di kukuhkannya sebagai Rasul, yang di utus untuk seluruh bangsa didunia, dia adalah Rasul terakhir, tidak ada nabi atau Rasul sesudahnya.
Kerasulan Muhammad untuk seluruh dunia, risalahnya universal, ditujukan kepada seluruh manusia, semua ras, bangsa, dan bahasa sampai ke ujung zaman.[6]

                                 5.         Muhammad SAW sebagai Suri Tauladan
Sejak Muhammad SAW. sebelum diutus atau dikukuhkan sebagai Rasul dia telah terkenal ketinggian akhlak dan kepribadiannya, sehingga ia dijuluki “Al-Amin” (orang yang dapat di percaya).
Setelah mendapatkan wahyu dari Allah, maka dia sendiri yang menjadi pelopornya. Dia mengajarkan kebenaran, dan dia sendiri yang pertama mengerjakannya. Oleh karena itulah, maka dia dijuluki ”uswatun khasanah” artinya suatu suri tauladan yang baik bagi manusia dalam segala gerak dan langkahnya. Dalam firman Allah :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan  (kedatangan) hari kiamat dan banyak menyebut nama Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21)
Ada beberapa kriteria keteladanan Nabi Muhammad SAW :
Harus diikuti secara mutlak (wajib), seperti shalat lima kali sehari semalam dan ibadah-ibadah wajib yang lain.
Harus diikuti, tetapi tidak mutlak, hukum mengikutinya adalah sunnah seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dsb.
Tidak diharuskan mengikutinya, artinya netral (mubah) bagi pengikutnya. Masalah ini berkaitan dengan masalah keduniaan seperti cara berpakaian, hobi dan sebagainya.
Tidak boleh diikuti, artinya haram bagi pengikutnya untuk mengikutinya, karena hal itu dikhususkan bagi Nabi yang diperbolehkan menjalankannya, seperti beristeri lebih dari empat orang.

                                 6.         Muhammad Di mata Sarjana Barat
Ketika umat Islam membicarakan sosok Nabi Muhammad Saw, maka hampir bisa dipastikan beliau dinilai sebagai sosok yang mulia, maksum, dan contoh terbaik bagi ummat manusia. Beliau juga dinilai sebagai manusia pilihan dan Nabi terbaik sepanjang sejarah. Begitu banyak buku-buku yang telah terbit menceritakan kesempurnaan sosok beliau.
Akan tetapi, hal itu tidak selalu berlaku bagi para orientalis, yaitu orang-orang (sarjana-sarjana) Barat yang mendalami dunia Timur. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak para orientalis memandang sinis atas Rasulullah Saw. Bahkan, tidak jarang kata-kata pelecehan dan penghinaan keluar dari lisan mereka.
Adalah John of Damascus (m.750 M) misalnya, berpendapat bahwa Nabi Muhammad adalah seorang penipu terhadap orang Arab yang bodoh. Nabi Muhammad, katanya, dengan cara yang licik mampu mengawini Khadijah sehingga mendapat kekayaan dan kesenangan. Dengan cara yang cerdas Nabi Muhammad juga berhasil menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Selain itu, Muhammad memilki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan. [7]
Sementara itu, Snouck Hurgronje yang pura-pura masuk Islam dan sempat tinggal di Aceh, Indonesia mengatakan; “Pada zaman skeptik ini, sangat sedikit sekali yang di atas kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin mengarapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada”.
Harapan Hurgronje ini selanjutnya terealisasikan dalam pemikiran Klimovich. Ia menulis sebuah artikel pada tahun 1930 dengan judul “Did Muhammad Exist”? Dalam tulisannya tersebut Klimovich menyimpulkan semua informasi tentang kehidupan Nabi Muhammad hanyalah karangan manusia dan dibuat-buat. Menurutnya, Nabi Muhammad adalah “fiksi yang wajib” karena selalu ada asumsi “setiap agama harus mempunyai pendiri”.
Akan tetapi, tidak semua orientalis secara terang-terangan mencaci maki Nabi Muhammad sebagaimana tokoh-tokoh orientalis yang disebutkan di atas. Tidak sedikit orientalis yang bersikap simpatik terhadap beliau.
George Bernard Shaw, salah satu pengarang Inggris terkenal misalnya mengakui bahwa ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw telah memuliakan kedudukan wanita. Ia menyatakan bahwa beliau tidak membiarkan anak-anak perempuan mati kedinginan dan kelaparan. Selain itu, beliau juga menganjurkan berbuat baik kepada hewan.
Adapun Edward Gibbon, sejarawan Barat yang terkenal menyatakan: “Hal yang baik dari Muhammad ialah membuang jauh kecongkakan seorang raja. Beliau itu melakukan kerja kasar di rumah; menyalakan api, menyapu lantai, memerah susu sapi, dan memperbaiki sendiri sepatu dan baju-baju wol beliau.
Berbeda dengan Bernard dan Edward, Thomas Carlyle menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang jujur dan setia. Jujur dengan apa yang beliau ucapkan, dan dalam hal apa yang beliau pikirkan.
IV. KESIMPULAN
Nabi adalah manusia pilihan Allah SWT yang diberi wahyu untuk dirinya sendiri. Adapun Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT yang diberi wahyu untuk dirinya dan disampaikan kepada manusia. Jadi, seorang rasul pasti seorang nabi belum tentu seorang rasul.
Iman kepada para Rasul Allah SWT. artinya yakin dan percaya terhadap para nabi yang telah diutus oleh Allah SWT. dan membenarkan wahyu yang telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada mereka.
Pada prinsipnya tujuan diutusnya Rasul ialah menyampaikan risalah Allah dan memberi bimbingan kepada ummat-Nya untuk menuju jalan yang lurus.
Allah Swt mengutus Nabi-Nya, Muhammad di masa kevakuman para rasul as. Beliau merupakan penutup para nabi dan penghapus syari’at para rasul as yang datang sebelumnya.
Nabi Muhammad dijuluki ”uswatun khasanah” artinya suatu suri tauladan yang baik bagi manusia dalam segala gerak dan langkahnya.
Pandangan kaum orientalis terhadap Nabi Muhammad sangat beragam, ada yang begitu benci dan menganggap bahwa kisah Rasulullah itu hanya “fiksi” semata. Tetapi juga tidak sedikit yang mengagumi beliau.

V.    SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga penyusun. Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah yang selanjutnya.


[1]Sigit Marwanto, Definisi Nabi dan Rasul, http://sigit-ajaranislam.blogspot.com/2011/05/definisi-nabi-dan-rasul.html (diakses pada 5 November 2013 pukul 13:47)
[2] Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota Semarang, 2006) hlm 70
[3] Muh. Atha Zhafran, Pintar Agama Islam, (Solo : CV. Bringin 55) hlm 105
[4] Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang : Lembkota Semarang, 2006) hlm 72
[5] Muhammad Alcaff, Teladan Abadi Muhammad SAW, (Jakarta : Al-Huda,2009) hlm. 329
[6] Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota Semarang, 2006) hlm.74
[7] Luqman Hakim, Nabi Muhammad di Mata Orientalis, http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/18/nabi-muhammad-di-mata-orientalis-422382.html diakses pada tanggal 6 November 2013 pukul 11.19 WIB


DAFTAR PUSTAKA

Alcaff, Muhammad. 2009. Teladan Abadi Muhammad SAW. Jakarta : Al-Huda
Syukur, Amin. 2006. Pengantar Studi Islam. Semarang : Lemkota Semarang
Zhafran, Muh.Atha. 2009. Pintar Agama Islam. Solo : CV. Bringin 55
Sigit Marwanto, Definisi Nabi dan Rasul, http://sigit-ajaranislam.blogspot.com/2011/05/definisi-nabi-dan-rasul.html (diakses pada 5 November 2013 pukul 13:47)

Luqman Hakim, Nabi Muhammad di Mata Orientalis, http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/18/nabi-muhammad-di-mata-orientalis-422382.html diakses pada tanggal 6 November 2013 pukul 11.19 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar